Rabu, 23 Mei 2018

sedihnya berpuasa di tanah rantau


sedihnya berpuasa di tanah rantau

       
         Tahun ini aku sebagai anak rantau kembali tidak bisa menjalankan puasa pertama di rumah, rasa hati sangat sedih. Hanya bisa sahur di wartek, dan itupun Cuma pakai mie dan telor. Berbeda jika berpuasa di rumah bisa minta apa saja yang mau dimakan. Tapi apalah daya karena tuntutan pendidikan yang emaksaku harus begini. Jadwal liburku masih cukup lama. Aku akan libur seminggu sebelum leban. Aku sangat sedih, Cuma memiliki waktu sebentar untuk berbuka bersa keluarga.

Biasanya kalau di rumah aku di bangunin sahur oleh mama, dan disin aku di banguni sahur oleh “dia” lewat telpon, itu pun kadang aku yang membangunkan kan diaL. Aku sangat rindu dengan rumah, ini membuat aku takbisa tidur setiap malam. Dan membuat aku sangat mengantuk di kelas.

Berbuka puasa di sini juga sangat berbeda dengan di rumah, di sini aku biasanya hanya burbuka dengan segelas kolak pisang, atau sop buah, dan gorengan, yang di jual oleh teman-temanku. Dan jika aku lapar aku harus keluar dulu untuk membeli makanan, biasanya aku makan setelah sholat isya.

Yaa beginilah keseharianku di tanah rantau tiap hari begini, taka da yang berubah, makanan yang ku makanpun tak banyak variasi, tak seperti di rumah lah pokoknya. Kapan.. kapan.. kapan… aku bisa pulang aku sangat rindu dengan suasana kamang halaman. Ini lah ceritaku di tanah rantau saat bulan puasa. Mana ceritamu...?

0 komentar:

Posting Komentar