sedihnya berpuasa di tanah rantau
Tahun ini aku sebagai anak rantau
kembali tidak bisa menjalankan puasa pertama di rumah, rasa hati sangat sedih. Hanya
bisa sahur di wartek, dan itupun Cuma pakai mie dan telor. Berbeda jika
berpuasa di rumah bisa minta apa saja yang mau dimakan. Tapi apalah daya karena
tuntutan pendidikan yang emaksaku harus begini. Jadwal liburku masih cukup
lama. Aku akan libur seminggu sebelum leban. Aku sangat sedih, Cuma memiliki
waktu sebentar untuk berbuka bersa keluarga.
Biasanya kalau
di rumah aku di bangunin sahur oleh mama, dan disin aku di banguni sahur oleh “dia”
lewat telpon, itu pun kadang aku yang membangunkan kan diaL. Aku sangat rindu dengan rumah, ini membuat aku
takbisa tidur setiap malam. Dan membuat aku sangat mengantuk di kelas.
Berbuka puasa
di sini juga sangat berbeda dengan di rumah, di sini aku biasanya hanya burbuka
dengan segelas kolak pisang, atau sop buah, dan gorengan, yang di jual oleh
teman-temanku. Dan jika aku lapar aku harus keluar dulu untuk membeli makanan,
biasanya aku makan setelah sholat isya.
Yaa beginilah
keseharianku di tanah rantau tiap hari begini, taka da yang berubah, makanan
yang ku makanpun tak banyak variasi, tak seperti di rumah lah pokoknya. Kapan..
kapan.. kapan… aku bisa pulang aku sangat rindu dengan suasana kamang halaman. Ini
lah ceritaku di tanah rantau saat bulan puasa. Mana ceritamu...?
0 komentar:
Posting Komentar